Senin, 20 Mei 2013

PROBLEM BASED LEARNING (PBL)


Problem Based Learning atau Belajar Berbasis Masalah merupakan suatu metode pembelajaran, dimana siswa belajar dari masalah, siswa dilibatkan dalam merancang solusi untuk menyelesaikan suatu masalah yang real. Selama proses problem solving, siswa membangun pengetahuan dan mengembangkan skill problem solving dan juga kemampuan belajar mandirinya.
Belajar berbasis masalah pertama kali dikembangkan bagi pendidikan medis pada tahun 1950.  Sekitar tahun 1990-an, PBL diadopsi oleh pendidikan tinggi pada bidang lainnya seperti matematika, biologi, ekonomi,dsb.

Asumsi PBL
                Belajar dalam PBL dibentuk oleh masalah. Dasar asumsi dari PBL adalah “Proses belajar terjadi ketika kita menyelesaikan beragam masalah yang dijumpai pada kehidupan sehari-hari”. Hal ini bertentangan dengan asumsi publik bahwa belajar hanya terjadi pada lingkungan pendidikan formal, maka ketika kita keluar dari sekolah, kita akan berhenti belajar. PBL berlandaskan pada asumsi konstruktivisme, dimana pengetahuan individu dibentuk dari hubungan dengan lingkungan.

Karakteristik PBL :
§  Berfokus pada masalah, materi dan skill yang diajarkan dikelola dari masalah.
§  Student centered
§  Self-directed
§  Self-reflective
§  Tutors adalah fasilitator

HASIL-HASIL PENELITIAN
·      Penelitian Pada Area Hasil Belajar Siswa
·      Pencapaian dan aplikasi pengetahuan dasar
ü Pada Pendidikan tinggi dan Pendidikan K-12 ;  Para peneliti meneliti pengaruh penggunaan PBL terhadap hasil belajar siswa, hasil-hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan PBL dan tradisional. PBL efektif pada pemahaman dan aplikasi dari konsep, daripada untuk mengingat pengetahuan faktual.
ü Pada Bidang kedokteran ; Meneliti pengaruh PBL terhadap hasil belajar pada bidang kedokteran. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa PBL lebih efektif dalam pencapaian pengetahuan clinical. Siswa PBL menunjukkan kinerja yang baik dalam hal penerapan pengetahuan dan menangani orang yang sakit.
·      Ingatan terhadap materi ; Hasil penelitian menunjukkan bahwa PBL lebih efektif terhadap ingatan jangka panjang. Siswa PBL cenderung lebih mengingat prinsip-prinsip sementara siswa tradisional lebih mengingat pengetahuan yang bersifat hafalan.
·      Problem Solving Skill ; Penelitian berfokus pada masalah apakah PBL dapat meningkatkan kemampuan problem solving, hasil-hasil penelitian mengindikasikan bahwa PBL memberikan pengaruh positif yang meningkatkan kemampuan problem solving siswa pada dunia nyata dan dunia kerja.
·      Berpikir Tingkat Tinggi ; Untuk memperoleh kemampuan problem solving diperlukan proses analisis, berpikir kritis, dan skill metakognitif. Penelitian Newell & Simon (1972) menunjukkan bahwa PBL melatih kemampuan siswa untuk menganalisis, berpikir kritis, serta metakognitif. Penelitian Sheprerd (1998) menunjukkan bahwa PBL meningkatkan kemampuan berpikir kritis secara signifikan.
·      Belajar Sepanjang Hayat ; Tujuan utama dari PBL adalah membuat siswa self-directed, mandiri, dan menjadi pebelajar sepanjang hayat. Hasil penelitian Norman & Schmidt (1992); Woods (1996); Ryan (1993); Bllumberg & Michael (1992) menunjukkan bahwa PBL dapat meningkatkan sikap self-directed learning siswa. Dari penelitian Schmidt & Van der Molen (2001); Woods (1996) dapat disimpulkan bahwa PBL memiliki pengaruh yang tahan lama terhadap keterampilan dan sikap siswa.
·      Persepsi diri dan Kepercayaan Diri ; Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa kelebihan dari PBL adaalah mempersiapkan siswa menghadapi dunia nyata, dengan memberikan kemampuan problem solving, analisis, berpikir kognitif dan metakognitif. Sehingga siswa akan lebih siap dan percaya diri untuk menghadapi masalah di dunia nyata

·      Pada Area Implementasi PBL
·      Student Roles, Tutor Roles, Tutoring Issues
ü Transisi Siswa dari Metode Tradisional ke PBL ; Woods (1994,1996); Schmidt et al. (1992); Jost et al. (1997) menemukan bahwa adanya kecemasan siswa saat PBL, hal tersebut disebabkan karena ketidakpahaman mereka mengenai peran dan tanggungjawab mereka serta bagaimana mereka akan dinilai. Schultz-Ross & Kline (1999) menemukan bahwa ketidaknyamanan dan ketidakpuasan siswa akan menurun pada akhir PBL.
ü Peran Tutor dalam PBL; Aguiar (2000) mengemukakan 5 peran tutor PBL, yakni: (1)memfasilitasi kerja kelompok, (2)membuat model, (3)menyediakan feedback, (4)memberitahukan informasi, (5)mendukung perkembangan profesionalitas siswa.
ü Cognitive Congruence & Active involvement ; Cognitive congrunce adalah salah satu karakteristik PBL, yakni kemampuan untuk mengekspresikan diri dengan bahasa sendiri, menggunakan konsep, dan menjelaskan sesuatu dengan cara yang mudah dipahami (Schimdt & Moust 1995).  Tutor yang efektif harus mampu melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar.
ü Merancang kemampuampuan metakognitif dan Self-directed Learning ; Mayo et al. (1993); PBL tutor adalah panduan metakognitif siswa yang membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berpendapat.
·      Group Processing
Elemen penting dalam PBL adalah collaborative learning. Fokus penelitian yang pertama adalah bagaimana peran tutor dalam memfasilitasi proses belajar dalam kelompok. Mayo et al.(1993) mengemukakan 3 kemampuan tutor sebagai fasilitator dalam kelompok, yakni (1)membantu kelompok untuk mengetahui bagaimana kerja kelompok berlangsung, (2)memberikan feedback dalam kelompok, (3)memandu kelompok untuk mempelajari issues yang tepat, (4)membantu kelompok dalam mengintegrasi issues.
Selain itu, peneliti juga meneliti group size. Hasil penelitian seperti yang dilakukan oleh Finklestein (2000) menunjukkan bahwa medium-size group (6 siswa) memiliki kinerja yang lebih baik dibandingkan large group (9 siswa).
·      Assessment issues ; Penelitian berfokus pada penilaian seperti apa yang dapat mengukur ketercapaian PBL. Seperti yang dikemukakan oleh Blake et al. (2000), penekanan penilaian dalam PBL berubah dari menilai pengetahuan faktual menjadi penilaian terhadap penerapan pengetahuan.
·      Desain Kurikulum dalam PBL ; topik penelitian antara lain desain masalah (pemilihan dan penuangan dengan tepat dari masalah PBL; Angeli 2002), Keefektifan masalah , serta model dan prinsip desain masalah. Duch (2001) mengemukakan 5 tahap penulisan masalah, yakni (1)pemilihan topik utama; (2)memikirkan konteks nyata bagi konsep tersebut; (3)memberi masalah untuk mengarahkan pencarian siswa; (4)membuat pedoman guru; (5)mengidentifikasi sumber bagi siswa.
·      Penggunaan Teknologi dalam PBL ; penelitian ini dibagi menjadi 2 topik utama yakni (1)belajar jarak jauh dan PBL, meneliti penggunaan teknologi internet dalam PBL. (2)Penggunaan Multimedia dalam PBL, kesimpulan dari penellitian-penelitian yang ada yakni, tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap hasil belajar siswa yang menggunakan multimedia dengan yang tradisional dalam PBL. Akan tetapi penggunaan multimedia meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan daya tahan atau ingatan terhadap pengetahuan.

FUTURE RESEARCH IN PBL
   ·         Tipe masalah dalam PBL
   ·         Faktor internal yang mempengaruhi PBL
   ·         Desain disributed PBL (online PBL)



Sabtu, 06 April 2013

PENELITIAN META-ANALYSIS


Trend terkini dari penelitian sintesis adalah melakukan analisis terhadap sebuah analisis yang telah ada sebelumnya,yaitu penelitian-penelitian terdahulu. Metode inilah yang disebut meta analysis.Dibandingkan dengan 3 metode review artikel lainnya (Narrative Review,Descriptive Review, dan Vote Counting), meta-analysis merupakan metode yang paling konsern pada pendekatan kuantitatif.

Meta-analysis lebih tidak bersifat subjektif dibandingkan dengan metode tinjauan lain. Meta analysis tidak fokus pada kesimpulan yang didapat pada berbagai studi, melainkan fokus pada data, seperti melakukan operasi pada variabel- variabel, besarnya ukuran efek, dan ukuran sampel. Untuk mensintesis literatur riset, meta-analysis statistikal menggunakan hasil akhir dari studi-studi yang serupa seperti ukuran efek, atau besarnya efek. Fokus pada ukuran efek dari penemuan empiris ini merupakan keunggulan meta-analysis dibandingkan dengan metode tinjauan literatur lain.

Meta-analysis memungkinkan adanya pengkombinasian hasil-hasil yang beragam dan memperhatikan ukuran sampel relatif dan ukuran efek. Hasil dari tinjauan ini akurat mengingat jangkauan analisis ini yang sangat luas dan analisis yang terpusat. Meta-analysis juga menyediakan jawaban terhadap masalah yang diperdebatkan karena adanya konflik dalam penemuan-penemuan beragam studi serupa.

Meta-analisis adalah tehnik yang digunakan untuk merangkum berbagai hasil penelitian secara kuantitatif dengan cara mencari nilai efek size ( Barbora 2009; Sutrisno, Hery, Kartono 2007 ). Efek size dicari dengan cara mencari selisih rata-rata kelas eksperimen dengan rata-rata kelas control, kemudian dibagi dengan standar deviasi kelas control.

Menurut Borg (1983) bahwa, meta analisis merupakan teknik pengembangan paling baru untuk menolong peneliti menemukan kekonsistenan atau ketidakkonsistenan dalam pengkajian hasil silang dari hasil penelitian.

Tujuan meta-analisis pada umumnya tidak berbeda dengan jenis penelitian klinis lainnya, yaitu :
·         Untuk memperoleh estimasi effect size, yaitu kekuatan hubungan ataupun besarnya perbedaan antar-variabel
·         Melakukan inferensi dari data dalam sampel ke populasi, baik dengan uji hipotesis (nilai p) maupun estimasi (interval kepercayaan)
·         Melakukan kontrol terhadap variabel yang potensial bersifat sebagai perancu (confounding) agar tidak mengganggu kemaknaan statistik dari hubungan atau perbedaan.

Dengan kata lain,  tujuan dari penelitian meta-analisis sebagai suatu teknik ditujukan untuk menganalisis kembali hasil-hasil penelitian yang diolah secara statistik berdasarkan pengumpulan data primer. Hal ini dilakukan untuk mengkaji keajegan atau ketidakjegan hasil penelitian yang disebabkan semakin banyaknya replikasi atau verifikasi penelitian,yang sering kali justru memperbesar terjadinya variasi hasil penelitian.

Tahapan dalam mengerjakan meta-analisis (Jammie 2004; Sutrisno, Hery, Kartono 2007)
1.        menetapkan domain penelitian yang akan dirangkum
2.       memilih jenis publikasi yang akan dikumpulkan
3.       mengumpulkan hasil penelitian atau literatur
4.      mencatat data-data (variabel-variabel) penelitian
5.       menghiting efek size per sumber atau penelitian
6.      menginterpretasi rangkuman dan membuat laporan

Data-data penting yang dicatat dari hasil peneltian yang dirangkum antara lain :
1.        variable bebas dan variable terikat beserta definisi konseptual dan definisi operasionalnya,
2.       variable metodolgi, missal: jenis penelitian, cara pengambilan sample, statistic yang digunakan dalam analisis, jenis instrumen dan karaktristiknya (Sutrisno, Hery, Kartono 2007)

Hunter, J.E., & Schmidt, F.L. (1990) mengemukakan langkah-langkah / metode analisis korelasi meta-analisis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a.       Transformasi harga F ke dalam t, d, dan r
b.      Bare Bone Meta Analysis: Koreksi Kesalahan sampel
1.        Menghitung mean korelasi populasi
2.       Menghitung varians rxy 
3.       Menghitung varians kesalahan pengambilan sampel
4.      Dampak pengambilan sampel
c.       Artefak yang lain: Koreksi Kesalahan Pengukuran
1.        Menghitung mean gabungan
2.       Menghitung korelasi populasi yang dikoreksi oleh kesalahan pengukuran
3.       Interval kepercayaan
4.      Dampak variasi reliabilitas

Kini meta-analysis mulai berkembang, terutama setelah dikenalkan oleh Glass tahun 1976 (Analysis of Moderator Effects). Berikut ini adalah Metode umum dalam Detecting/Assessing Moderator Effects :
·         Graphing – OLS regression
·         Q Stastistics (chi-square test) – WLS regression
·          Variance analysis – Partition test
·         Outlier test

Mediator Assessment Methods >> Merupakan teknik yang penting dalam metode meta-analysis yang berfungsi untuk meng-address hubungan struktural, menganalisa apakah korelasi matriks dari populasi umum mendasari sebuah himpunan dari hasil empiris yang didapatkan. Ada dua alternatif pendekatan untuk mempelajari mediator effect, yaitu:
1.        mengkombinasi dan menganalisa korelasi pengembangan meta-analysis
2.        studi koefisien secara langsung dari kepentingan sebagai effect size.

Jenis-jenis penelitian meta-analysis :
1.        Penelitian Eksperimental
Penelitian eksperimental adalah metode ilmiah yang paling meyakinkan. Karena peneliti sebenarnya memberikan perlakuan yang berbeda dan kemudian studi efek mereka, hasil dari penelitian jenis ini cenderung mengarah pada menerima atau menolak interpretasi secara jelas.

2.       Penelitian Korelasional
Tipe lain dari penelitian dilakukan untuk menentukan hubungan antara dua atau lebih variabel dan mengeksplorasi implikasi mereka untuk sebab dan akibat; ini disebut penelitian korelasi-nasional. Jenis penelitian ini dapat membantu kita membuat prediksi lebih cerdas. Singkatnya, penelitian korelasional bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana variabel yang satu atau lebih ada hubungan dari beberapa tipe. Pendekatan ini memerlukan manipulasi tidak ada pada bagian peneliti selain melayani iklan-instrumen (s) yang diperlukan untuk mengumpulkan data yang diinginkan. Pada umumnya, orang akan melakukan jenis penelitian untuk mencari dan menggambarkan hubungan yang mungkin ada di antara phe-nomena alami, tanpa berusaha dengan cara apapun untuk mengubah phe-nomena ini. Akan dibicara lebih banyak tentang penelitian korelasional dalam Bab Lima Belas.

3.       Penelitian Penyebab-Perbandingan
Tipe lain dari penelitian ini dimaksudkan untuk menentukan penyebab atau konsekuensi dari perbedaan antara kelompok-kelompok orang, ini disebut kembali pencarian kausal-komparatif. Interpretasi dari penelitian kausal-komparatif terbatas, karena itu, karena peneliti tidak bisa mengatakan kesimpulan apakah faktor tertentu merupakan penyebab atau akibat dari perilaku (1) diamati (2) status orang tua ini disebabkan oleh perbedaan prestasi terbagi menjadi dua kelompok (walaupun ini tampaknya tidak mungkin), atau (3) beberapa faktor yang tidak dikenal sedang bekerja. Namun demikian, meskipun masalah penafsiran, studi kausal-komparatif adalah nilai dalam mengidentifikasi kemungkinan penyebab variasi yang diamati dalam pola perilaku siswa. Dalam hal ini, mereka sangat mirip dengan studi korelasional.

4.      Penelitian Survei
Tipe lain dari menentukan data penelitian untuk memperoleh karakteristik yang spesifik sebuah kelompok. Ini disebut survei pencarian ulang. Ini macam pertanyaan terbaik dapat dijawab melalui berbagai teknik survei yang mengukur sikap berbagai faktor terhadap kebijakan pemerintahan. Sebuah survei deskriptif melibatkan pasangan pertanyaan yang sama menanyakan (sering disiapkan dalam bentuk pertanyaan tertulis kuesioner atau tes kemampuan) dari sejumlah besar individu seluruh siswa melalui pos, melalui telepon, atau secara pribadi. Ketika sebuah jawaban untuk satu set pertanyaan diminta secara pribadi, penelitian ini disebut wawancara. Kemudian tanggapan dicatat dan dilaporkan, biasanya dalam bentuk frekuensi atau persentase dari mereka yang menjawab dengan cara tertentu untuk setiap pertanyaan.
Kesulitan yang terlibat dalam penelitian survei terutama tiga: (1) memastikan bahwa pertanyaan-pertanyaan yang jelas dan tidak menyesatkan, (2) mendapatkan jawaban pertanyaan dari responden serius dan jujur, dan (3) mendapatkan kecukupan dari kuesioner lengkap dalam jumlah yang memadai dan pengembalian untuk memungkinkan pembuatan analisis yang berarti. Keuntungan yang besar dari penelitian survei adalah bahwa ia memiliki potensi untuk memberikan kita banyak informasi yang diperoleh dari sampel individu cukup besar.

5.       Penelitian Etnografi
Pada semua contoh yang disajikan sejauh ini, pertanyaan yang diminta melibatkan seberapa baik, berapa banyak, atau seberapa efisien pengetahuan, sikap, atau pendapat dan sejenisnya yang sedang dikembangkan. Kadang-kadang, bagaimanapun, para peneliti mungkin ingin memperoleh gambaran yang lebih lengkap dari proses pendidikan daripada memberikan jawaban untuk pertanyaan di atas. Ketika mereka melakukan beberapa bentuk untuk pencarian ulang disebut penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif berbeda dari metodologi (kuantitatif) sebelumnya dalam kedua metode dan filsafat yang mendasarinya.
Untuk mendapatkan beberapa wawasan ke dalam masalah seperti itu, sebuah studi etnografis dapat dilakukan. Penekanan dalam jenis penelitian adalah mendokumentasikan atau menggambarkan pengalaman sehari-hari individu dengan mengamati dan wawancara mereka dan orang lain yang relevan. Sebuah ruang kelas SD, misalnya, mungkin dapat diamati pada kebiasan sebagai dasar, para siswa dan guru dilibatkan mungkin diwawancarai dalam upaya untuk menjelaskan, sepenuhnya dan sebanyak mungkin, apa yang terjadi di kelas.

6.      Penelitian Sejarah
Anda mungkin sudah akrab dengan sejarah-pencarian kembali. Dalam hal ini jenis penelitian, beberapa aspek masa lalu dipelajari, baik oleh meneliti dokumen periode atau oleh individu wawancara yang hidup selama ini. Peneliti kemudian mencoba untuk merekonstruksi sebagai ketepatan mungkin apa yang selama waktu itu dan untuk menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Masalah utama dalam penelitian sejarah adalah memastikan bahwa dokumen atau individu benar-benar datang dari (atau hidup selama) periode yang diteliti, dan sekali ini tidak dapat dipungkiri, bahwa memastikan apakah dokumen atau perkataan individu itu benar.

7.       Penelitian Tindakan
Penelitian Tindakan berbeda dari semua metodologi sebelumnya dengan dua cara mendasar. Yang pertama adalah bahwa generalisasi untuk orang lain, pengaturan, atau situasi adalah minimal penting. Mencari generalisasi yang kuat, penelitian tindakan (sering guru atau profesional pendidikan lainnya, lebih baik daripada peneliti profesional) fokus pada mendapatkan informasi yang akan mampu untuk merubah kondisi mereka dalam situasi tertentu yang mereka secara pribadi terlibat.

Analisis kritis penelitian merupakan jawaban mendasar tentang asumsi dan implikasi penelitian pendidikan. Frenkel, dalam buku “How to Design and Evaluate Research in Educational” membagi tipe penelitian menjadi 7 yaitu: 1) Penelitian eksperimen, 2) Penelitian Korelasional, 3) Penelitian Perbandingan-Penyebab, 4) Penelitian Survei menggunakan kuesioner tertulis, 5) Penelitian survei menggunakan wawancara individual, 6) Penelitian Ethnografi, 7) Penelitian studi kasus, 8) Penelitian Analisi Isi, 9) Penelitian Sejarah, dan 10) Penelitian Tindakan.
Banyak penelitian yang menerapkan meta analisis.  Xin Ma dan Kishor (1992) telah melakukan suatu penelitian meta analisis terhadap 113 penelitian utama.  Kajian ini melakukan Penilaian Hubungan Sikap terhadap Matematika dan Prestasi Matematika.   Hasil-hasil statistik pada kaijan ini digunakan untuk mentransformasikan ukuran pengaruh bersama untuk mengukur koefisien korelasi.  Hubungan tersebut menemukan variabel terikat pada sejumlah variabel: kelas, latar belakang etnis, pemilihan sampel, ukuran sampel, dan publikasi data.
Underwood (1971) menemukan 16 penelitian eksperimen pada hubungan antara memori dan campur tangan pengintegrasian riset secara pasti.  Desain baku dan mendekati baku pengukuran bersama dilakukan untuk kajian-kajian yang disarankan lebih cenderung menggabungkan bukti-bukti kuantitatif daripada yang bersifat tipikal dalam penelitian itu.
Rosenthal (1976) mengintegrasikan penemuan-penemuan beberapa ratus kajian eksperimental yang mengharapkan efek berada dalam riset tingkah laku (behavioral) tersebut.  Teknik yang digunakan dan dia diskusikan terhadap metodologi sungguh seperti yang ditampilkan oleh Glass (1976), ada dua pemikiran (melahirkan keperluan yang sama).  Selanjutnya, Sudman dan Bradburn dalam Glass (1976) mensintesis beberapa ratus kajian empirik terhadap “efek-efek jawaban” dalam riset surveinya.  Selama lima tahun mereka bekerja untuk mempublikasikan pekerjaan mereka, metode yang dikembangkan, merekomendasikan penerapan berulang dan dalam wilayah yang berbeda: perlakuan terhadap kegagapan (Andrews, 1979), instruksi matematika modern vesus tradisional (Athappilly, 1980), perlakuan terhadap sakit kepala dan tensi sakit kepala (Blanchard, et al., 1980), instruksi sains “orientasi proses” (Bredderman, 1980), kecenderungan dominan khusus pendidikan siswa (Carlberg, 1979), penilaian siswa terhadap perintah dan prestasi siswa (Cohen, 1980), penilaian neuropsychologi anak (Davidson, 1978).


Referensi

Elwood.J.M,(1988) Critical Appraisal of Epidemiological Studies and Clinical Trial,Second
     Edition,Oxford Universiy Press.

Hunter,J.E,& Schmidt,F.L.(1990) Methods of Meta-Analysis,London:Sage
     Publication(http://depts.washington.edu/k30/ed.pdf)

William R.King&Jun He,(2005) Understanding the Role and Methods of Meta-Analysis in IS
     Research.( http://www.encyclopedia.com/doc/1G1-11008717.html)

Glass, G.V. (1976) “Primary, Secondary, and Meta-Analysis of Research”,Review of
    research in Education, http://www.blackwellpublishing.com/medicine/bmj/systreviews/)

Helmi.A.V (2005)Gaya Kelekatan Dan Model Mental Diri,Studi Meta
    Analisis.UGM(http://en.wikipedia.org/wiki/Meta-analysis)

 Jamie DeCoster (2004) Meta-Analysis Notes,University of Alabama,USA
   (http://www.stat-help.com.notes.html


Jumat, 21 Desember 2012

SAYA FANY WULAN NENGRUM = SEBAGAI PENDIDIK, PRIBADI UNGGUL, AGENT OF CHANGE & MAKHLUK SOCIAL


Pengalaman yang sangat mengagumkan saya dapatkan ketika saya berada di Islamic Boarding School (IBS). Disana saya belajar memaknai hidup sekecil apapun kenikmatan yang diberikan dari Yang Maha Kuasa. Membuat paradigma berfikir saya berubah menjadi 180’. Saya mandiri, saya mengatur keuangan sendiri, saya harus bertenggang rasa dengan teman sekamar, dan saya juga harus mengikuti kegiatan yang telah terjadwal dari IBS. Perilaku saya-pun berubah seiring dengan bertambahnya ilmu yang saya dapatkan. 3 tahun yang awalnya saya sangat menolak sekaligus bersitegang dengan orang tua untuk tetap bertahan di dalamnya. Sempat terlontar kata “kenapa sih, harus masuk IBS? aku nggak suka tinggal bareng satu kamar dengan banyak orang yang beda pikiran + tingkah laku!! kenapa nggak ayah atau ibu aja yang tingal disini? emang ibu fikir enak gitu? gampang gitu harus bareng-bareng satu kamar sama orang yang nggak dikenal?”.
Ketika mengingat kata itu-saat ini-hanya senyum dengan mimik bersalah sekaligus sedih, dengan segal hal yang telah aku dapat. Dan aku-saat ini menjadai pribadi yang unggul dalam memahami kultur kampus. Tanpa harus berjibaku dengan rasa enggan untuk aktif dalam kegiatan sosial. Saya telah merasakan bagaimana masa tersulit-sendiri-pada saat usiaku beranjak remaja. Uang jajan yang hilang, teman sekamar yang sakit dan harus menolongnya dengan cara membantu kebutuhan-kebutuhan yang diperlukannya (merawat), kurang tidur karna harus jadi Ka. Panitia peneriamaan santri baru, demam tinggi yang berusaha disembunyikan dari orang tua-agar mereka tidak khawatir-,  tidak ada fasilitas Hp-yang ada hanya one PC yang digunakan berbarengan disatu kamar serta TV yang ditempel ditembok ujung setiap lorong asrama yang hanya menampilkan News or dialog yang berbahasa asing (arabic and english).
Selama tiga tahun berada di boarding school ketika masa SMA itu, jendela wawasan saya diperlebar dan kerana pengetahuan yang terbuka dari berbagai disiplin ilmu membanjiri isi kepala saya. Saya memaknai kutipan populer Carpe Diem yang ditulis oleh Horace – yang artinya adalah Seize the Day – mengingatkan saya untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan hidup yang saya dapat hari ini. Saya juga mengapresiasi fungsi moral dongeng Pinocchio dan Cinderella serta menganalisis faktor internal novel abad 17 karya Robinson Crusoe. Saya juga mencoba memahami filsafat politik dari pemikiran filsuf asal Britania Raya, John Locke.
***

Bercerita tentang negara ini-INDONESIA, rasanya sudah sering sekali terbahas dalam setiap diskusi kecil yang saya lakukan bersama teman-teman dikampus. Dinamika pendidikan indonesia saat ini, sangatlah cepat mengikuti perkembangan zaman dan di era global ini istilah pendidikan karakter kembali menjadi pusat perhatian sebagai solusi alternatif atas segala permasalah yang ada di negeri ini. Sungguh berat tanggung jawab yang di tanggung pendidikan nasional dan menghadapi tantangan arus besar globalisasi. Perdebatan sekarang adalah bukan terlalu membahas kenapa hal itu semua terjadi tapi bagaiman solusinya yang bisa dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional terlebih lagi bagaimana peran kita sebagai mahasiswa untuk mendukung hal itu dan menjadi bagian dalam usaha mencapai tujuan luhur pendidikan nasional indonesia.
Parameter keberhasilan pendidikan nasional yang diukur oleh nilai batas minimum yang mampu dilewati siswa adalah potret kesuksesan yang semu. Buktinya semakin banyak orang yang bisa sekolah, berita tawuran antarpelajar, demo mahasiswa yang berujung kericuhan masih santer terdengar. Apa pasal ini bisa terjadi? Di kelas tidak ada cukup ruang untuk melatih cara berkomunikasi yang santun melalui media diskusi tukar opini. Dua jam mata pelajaran tidak cukup efektif untuk mempertajam radar berimajinasi dan bereksplorasi.
Selama 12 tahun kami dijejali soal-soal  yang tidak akan kami hadapi di kehidupan nyata. Kami tidak dibekali cara berpikir kritis karena kami tidak dibiasakan menulis. Dari ulangan harian sampai Ujian Nasional yang berbentuk pilihan ganda tidak mendorong kami untuk mencintai riset pustaka alias merangsang kami untuk gemar membaca. Sehingga, akhirnya tidak terbentuk pola pikir yang kreatif dan berpikiran terbuka (open-minded) dalam menyelesaikan masalah. Pengenalan pentingnya leadership (kepemimpinan) dan entrepreneurship (kewirausahaan).
Kita perlu berbenah. Sebagai lembaga negara yang memegang tongkat kekuasaan, Kementrian Pendidikan Nasional harus tahu diri. Kita tidak boleh mengabaikan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Februari 2012 yang menyatakan bahwa jumlah pengangguran secara nasional pada Februari 2012 mencapai 7,6 juta orang dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Februari 2012 sebesar 6,32 persen. (sumber: http://www.pikiran-rakyat.com/node/203205 Selasa, 25 September 2012, 11.56 ). Alokasi dana APBN sebesar 20% jangan lagi digunakan untuk proyek yang tidak berdampak langsung terhadap kualitas peserta didik. Sistem perekrutan guru dan lulusan bergelar sarjana pendidikan wajib ditinjau ulang. Belajar dari negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia, Finlandia, guru – guru disana merupakan lulusan dengan nilai yang menduduki peringkat 1 sampai 5. Dengan model evaluasi berupa esai tentu dibutuhkan kompetensi sumber daya manusia yang lebih mumpuni agar tulisan yang dibuat benar-benar dapat melihat sejauh mana pemahaman siswa.
Reformasi kurikulum hanya dapat diwujudkan oleh orang nomor satu di jajaran aparatur Kementrian Pendidikan Nasional. Saya belum tahu bagaimana caranya mencuri atensi presiden agar kelak beliau bersedia mengamanahi saya posisi yang menjadi poros utama penyelenggaraan pendidikan formal oleh negara. Akan tetapi, paling tidak mulai dari hari ini saya telah menghimpun gagasan perubahan yang layak diperjuangkan sebagai MAHASISWA.
***

Mahasiswa merupakan kelas tersendiri yang dilahirkan oleh Perguruan Tinggi. Sedangakan Perguruan tinggi adalah sebuah institusi yang tidak sekedar untuk kuliah, mencatat pelajaran, pulang dan tidur. Tapi harus dipahami bahwa perguruan tinggi adalah tempat untuk penggemblengan mahasiswa dalam melakukan kontempelasi dan penggambaran intelektual agar mempunyai idealisme dan komitmen perjuangan sekaligus tuntutan perubahan. Penggagasan terhadap terminologi perguruan tinggi tidak akan bisa dilepaskan dari suplemen utama, yaitu mahasiswa Sebagai kelompok yang lahir dari perguruan tinggi, maka mahasiswa dapat digolongkan sebagai kelompok intelektual.
Kelompok Intelektual dapat diartikan sebagai orang yang memiliki kelebihan berpikir dibanding masyarakat pada umumnya. Kelebihan ini bisa berupa kecerdasan ataupun lebih luas wawasannya. Kelompok  ini memiliki peran penting di lingkungan mereka tinggal. Kelompok Intelektual dianggap mampu memberikan solusi terhadap masalah yang sedang berkembang di masyarakat.
Menurut Anis Matta dalam bukunya (menikmati demokrasi) kelompok intelektual patutnya memiliki budaya serta tradisi ilmiah yang mampu mengkoordinir produktivitas dalam kerja kolektif. Cirinya dalah sebagai berikut 
  • Berbicara dan berkerja berdasarkan ilmu pengetahuan
  • Tidak bersikap apriori dan tidak memberikan penilaian kepada sesuatu sebelum mengetahui dengan baik dan akurat
  • Selalu membandingkat pendapatnya dengan pendapat kedua & ketiga sebelum meyimpulkan dan mengambil keputusan
  • Mendengar lebih banyak dari berbicara
  • Gemar membaca dan menyediakan waktu baca
  • Selalu mendekati permasalahan secara komperhensif,integral,objektif,dan proporsional
  • Lebih banyak diam dan menikmati saat-saat perenungan
  • Gemar berdiskusi dan pro-aktif dalam mengembangkan wacana,ide-ide, namun tidak suka debat kusir
  • Berorientasi diskusi pada kebenaran bukan kemenangan
  • Berusaha mempertahankan sikap dingin dalam bereaksi terhadap sesuatu dan tidak bersikap emosional dan meledak-ledak
  • Berfikir sistematis dan berbicara secara teratur
  • Menyenangi sesuatu yang baru dan menikmati tantangan serta perubahan
  • Tidak pernah merasa berilmu secara permanen dan karenanya selalu ingin belajar
  • Rendah hati dan bersedia menerima kesalahan
  • Lapang dada dan toleran dalam perbedaan pendapat
  • Memikirkan ulang gagasannya sendiri atau gagasan orang lain dan senantiasa menguji kebenaran
  • Selalu melahirkan gagasan baru secara produktif

***

Saya sebagai mahasiswa UNJ harus memiliki ke-idealisan yang tinggi. Walaupun segelintir mahasiswa apatis terhadap tugasnya sebagai kelompok inteletual. Karenanya hal tersebut tidak dapat menjadi tolak ukur sepenuhnya bagi ke-ikutsertaan mahasiswa dalam kelompok intelektual. Di sisi lain, dapat dikatakan mahasiswa UNJ terbilang sebagai mahasiswa yang aktif dalam membela kepentingan rakyatnya. Tidak jarang mereka turun ke jalan untuk menyuarakan aspirasi, membela kepentingan, serta menuntut perubahan yang lebih baik. Hal tersebut saya lakukan dengan keikutsertaan dalam organisasi BEM UNJ yang ketika itu,kami bergabung dengan BEM SI (Seluruh Indonesia). Sebagai mahasiswa UNJ, saya juga terbilang aktif dalam memenuhi peran sebagai social of change. Hal tersebut saya realisasikan dalam kajian-kajian strategis yang menghasilkan opini maupun gagasan-gagasan dalam bentuk tulisan yang tertuang di media massa maupun elektronik (dalam hal ini dapat dilihat di www.berita99.com).
Jika ditanya saya akan menjadi seperti apa agar dapat berkontibusi dalam masyarakat, rasanya saya ingin sekali melakukan hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan-kurikulum terutama. Saya akan merampingkan materi yang terlalu detil dan memotong jam sekolah yang memakan waktu lama supaya percik api antusiasme yang pernah saya rasakan juga hadir di setiap individu. Saya ingin sedari dini warisan budaya seperti batik, wayang, upacara sakral, kesenian daerah diperkenalkan di sekolah. Setidaknya jika ada yang mengklaim, kita tidak hanya berteriak saling menyalahkan tetapi nyatanya kita tidak meruwat budaya Indonesia. Saya bermimpi profesi guru kembali kepada hakikatnya sebagai pendidik, bukan sekadar pengajar yang hanya mempersiapkan siswa untuk lulus ujian. Saya ingin nadi budaya baca-tulis dan rasa ingin tahu selalu berdenyut di pelosok pedesaan hingga jantung perkotaan. Saya tidak mau institusi modern mematikan potensi berpikir kritis anak-anak hanya karena tidak ada yang memicu kebiasaan berargumentasi di ruang kelas. Harapan saya pendidikan di tanah air tidak lagi menjadi ajang transfer ilmu yang menjadikan murid adalah cetak biru sang guru. Peserta didik harus mampu mentransformasi ilmu pengetahuan sehingga tujuan akhir pendidikan untuk mencetak generasi yang mampu menjawab tantangan zaman dapat tercapai.
***

UNJ senantiasa memberikan bekal kepada setiap mahasiswa (kependidikan) bagaimana menjadi guru yang diidam-idamkan bangsa ini. Meski tidak menepis masih terdapat dosen yang jauh dari kata memuasakan dalam segi metode pembelajarannya, namun UNJ juga selalu berusaha membuat mahasiswanya mengerti arti sesungguhnya profesi guru.

“without a teacher there aren't a successful people in the world, so I'm proud to be a teacher”  

"sebagus-bagusnya ilmu adalah ilmu yg bermanfaat"

Rasanya kalimat diatas merupakan kalimat inspiratif bagi hampir keseluruhan mahasiswa mantan IKIP. Karena pada hakikatnya UNJ merupakan pencetak generasi pendidik. Oleh karenanya, tataran praktik pun diberikan sebagai bekal kepada para mahasiswanya yang hendak melaksanakan PPL melalui micro teaching terlebih dahulu. Selain itu, mahasiswa tidak hanya mendapat keahlian praktik mengajar, tetapi juga mendapat pelajaran berharga yaitu pengalaman sebagai hasil dari PPL. Benarlah adanya pepatah yang mengatakan bahwa sebaik-baiknya guru adalah pengalaman. Maka UNJ pun secara konsisten membekali para mahasiswanya dengan ilmu-ilmu berkualitas yang nantinya diharapkan dapat bermanfaat ketika terjun di masyarakat. Itulah bentuk kontribusi nyata dalam rangka membangun bangsa, pencetak profesi mulia. Tidak hanya itu, mahasiswa UNJ juga dikukuhkan menjadi Civitas Akademika UNJ yang berkarater, berkeinginan memerdekakan indonesia dalam arti sebenar-benarnya serta menjunjung tinggi nilai nasionalisme.
UNJ telah lama menetapkan diri sebagai kampus berwawasan kewirausahaan, sehingga para mahasiswa selama kuliah diminta tidak hanya memperdalam ilmu sesuai jurusannya, tetapi harus mengembangangkan diri menjadi calon wirausahawan dan mengisi berbagai lapangan pekerjaan.
"Saya optimis mahasiswa UNJ yang sebagian besar belajar bidang pendidikan dan keguruan, nantinya dengan pengetahuan dan pengalaman berwirausaha, akan mampu bekerja di berbagai bidang, tanpa harus menggantungkan profesi di bidang pendidikan,"ucap Pak Bedjo.
Kesadaran sebagai generasi penerus bangsa yang menuntut ilmu di UNJ dapat saya lakukan dengan memberi makna akan keberadaan dan eksistensi diri saya-secara pribadi-di kampus dan di masyarakat luas. Yang menandakan ada tugas lain dari kehidupan kita, yang dimana kita harus memberikan yang terbaik untuk Bangsa Indonesia tercinta.
***

UNJ (kampus hijau):
Memang almamaternya tidak seterang almamater kuning
Tidak semegah  gajah mada dan ganesha
Gedungnya pun tidak sebagus universitas lainnya
Tapi yakinlah, disini di UNJ ada bibit” pendidik hebat yg akan terlahir menjadi orang” hebat yg akan mensukseskan generasi  muda” yg tentunya akan menyukseskan Negara ini